Pasar (Cerpen)

 Gemuruh bisingnya pasar; Saban hari tiada habisnya, kanan dan kiri diisi oleh pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya. Ada penjual ikan, ada penjual sayuran, bahkan penjual daging. Semua dalam kesibukannya.


Bau amis ikan tak terelakan masuk ke dalam hidung, darah dari pemotongan ayam pun tidak kalah amisnya.

Lengkap sudah kehidupan pasar ini.

Mataku bergeser dan mencari-mencari apa yang aku butuhkan; terlihat seorang ibu yang tengah menggendong bayinya sambil menjajakan ikan-ikan, terlihat masih banyak, dan sedikit antusias untuk membeli darinya.

Terlihat pula beberapa ibu yang sudah sigap mencari bahan makanan untuk anak dan suaminya, ada yang berjalan sendiri, ada yang  sambil menggendong anaknya. Tidak lupa dikenakannya baju daster kesayangannya.

Mobil-mobil bak yang berasal dari desa mulai menjelajahi toko-toko langganannya; membawa bahan makanan, padahal ia sendiri mungkin saja dalam kelaparan.

"Tuttttt....tuttttttt" suara klakson bergemuruh, bersuara agar mendapatkan jalannya.

Ah riuh tak terelakan; panas, amis, dan gaduh menjadi satu, kehidupan pasar yang tidak cocok untukku, yang lebih suka menyendiri.

Jalanlah aku, mencari pesanan ibu; katanya ia ingin memasak capcay, dan tongkol balado kesukaanku, rasanya sudah tidak sabar akan rasanya.

Aku bergegas; satu-persatu pesanan sudah aku dapatkan. Tentu, dengan menawar pastinya; bangga diriku jika berhasil menang dalam tawar menawar.

Akhirnya semua kudapatkan, saatnya kembali ke rumah, dan meninggalkan keriuhan pasar ini, kegaduhan yang tiada akhir.

Sesampai di rumah, ternyata ibu tidak ada; kucari di kamarnya ia tiada, di ruang tengah tempat biasa ia menonton tv pun tiada. Sudahlah, biarkan saja, toh ini hari minggu, hari di mana ibu bersantai-santai. Mungkin ia sedang di rumah tetangga, atau pergi ke depan bersama bapak.

Setelah menyusun semua bahan makanan di kulkas, aku bergegas ke kamar, kubuka handphone yang sedari tadi aku tinggalkan di rumah; kubuka whatsupp dan tiada pesan apapun dari ibu dan bapak, berarti mereka tidak meninggalkan tugas untukku. Akhirnya akupun bersosial media; membuka Instagram, hingga youtube.

Mataku kelelahan, dan terpejam. Pagi yang sangat melelahkan, makhluk individualis sepertiku jika dipertemukan dengan keramaian selalu saja menghabiskan banyak tenaga.

Komentar

Postingan Populer